About me

Foto Saya
♥ Novia Amarta ♥
Lihat profil lengkapku
Feeds RSS
Feeds RSS

Jumat, 02 Maret 2012

Bukan Semata Bersorak, Tapi Olahraga Ekstrem

Dream All Stars - The A Team in Action
Pernah dengar The A team? rganisasi ini menaungi cheerleader di Indonesia. Mereka diakui dan tercatat sebagai anggota resmi International Cheerleading Union, di Florida pada Maret 2008.
“The A Team diambil dari nama inisial aku, A ( Annie), dan  A itu adalah huruf pertama dan berharap menjadi still number one,” kata Indah Setiani (31) yang biasa dipanggil Coach Annie. The A Team pernah mendapatkan dua penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI) sekaligus, yaitu
pertunjukkan cheerleading terbanyak sebanyak 500 cheerleaders dan pembuatan piramid manusia tertinggi setinggi 12 meter. Kini, The A Team telah melebarkan sayap di beberapa kota besar yaitu, Bandung, Yogyakarta, Solo dan Surabaya.
Penyemangat Football
 Cheerleader berawal dari aktivitas para penyemangat team football di Universitas Princeton, Amerika, pada 1850. Kemudian, pemandu sorak di Universitas Minessota, Amerika menjadi tombak kemunculan cheerleader pada 1898.
Ide pemandu sorak ini muncul ketika team football kampus mereka selalu kalah sepanjang musim. Kemudian, muncul sekumpulan mahasiswa fakultas kedokteran dipimpin Jack Campbell. Ia memprakasai team pemandu sorak, tidak hanya bersorak sorai melainkan dengan gerakan penyemangat.
Cheerleading mulai menjangkiti remaja Indonesia di era ‘90an. Namun, berkembang pesat pada 2002 dengan gerakan-gerakan ekstrem. Coach Annie yang bergelut dengan dunia cheerleading sejak SMA, melihat perbedaaan antara gerakan cheerleading Indonesia dengan luar negeri.  “Seharusnya ada tekniknya!” katanya mantap.
Dibantu teman-temannya di luar negeri, ia belajar secara otodidak di Filipina, Malaysia, dan Australia. Pada 2002 coach Annie sempat dicemooh oleh senior cheers saat membawa tekhnik-teknik cheers luar negeri ke indonesia.
“Sempat dicemooh dan dipandang sebelah mata, dibilang jangan sok-sok luar,” ujarnya.
Namun, teknik cheerleading yang dibawanya, kemudian diakui dan didukung setelah tim yang diasuhnya selalu juara di tingkat nasional. Ia mendedikasikan dirinya di dunia cheers dengan mendirikan pusat pelatihan profesionalsekaligus komunitas cheers.

Olahraga Ekstrem
Cheerleading bukan sekedar pasukan penyemangat, melainkan olahraga ekstrem yang tak terduga dan spontan.
“Nggak seperti yang mereka pikirkan, nari-nari kaya cewek gitu,” kata Adhitya Aji Pamungkas, 20, yang awalnya ragu masuk Dream Allstars.
Adhitya justru melihat cheers termasuk aktivitas ekstrem karena ada tumbilng dan lempar-lemparan.  Pada awalnya, di Universitas Minessota yang diprakasi Campbell, anggota cheers adalah cowok lo! Tarian ini mempunyai kemampuan tinggi untuk menghargai orang lain dan memiliki tanggung jawab saat menangkap flyer. Tanpa attitude yang baik, disiplin tinggi, dan mau bekerja keras, sebuah team cheerleader tidak bisa menampilkan kekompakkan.
Hal ini disetujui oleh salah satu anggota Dream All Stars The A Team, Indah Permata Sari, 23.  “Pas latihan atau performance, kita nggak boleh bercanda dan harus punya disiplin yang tinggi karena kalau nggak, bukan hanya mengancam nyawa kita sendiri tapi juga mengancam nyawa orang lain,” paparnya.
Segitu seriusnya kah? Ternyata benar, karena mempunyai resiko tinggi. Tak jarang anggota cheers mengalami cidera saat tumbilng, atau pun jatuh dari pundak temannya karena panik dan tidak bisa menyeimbangkan diri. Adhit juga pernah mengalami cidera patah tulang dan jari kelingking. “Jari kelingkingku patah karena pas tumbling power-ku terlalu over, jadi mendarat satu setengah putaran. Terus, patah hidung.”
“Liat hidungku bengkok, kan?” katanya sambil memperlihatkan hidung yang bengkok.  “Ini karena ketabrak base (posisi cheers sebagai pondasi) yang ada di depanku,” tambahnya.
Menjanjikan
Muncul pertanyaan apakah dunia cheerleaeder profesional yang penuh resiko ini juga punya masa depan?  Coach Annie menjawab: ya!  “Aku fokus di cheers dan mendedikasikan diriku di club cheers, dari situ aku menghasilkan sesuatu, murid-muridku dapat penghasilan dari perform, lomba-lomba, mereka juga bisa ngajar. Banyak murid-muridku yang udah lulus SMA yang tidak bekerja juga ikut disini,” katanya.
Coach Annie juga menambahkan kalau di luar negeri pelatih cheerleading yang cuma punya satu team saja itu sudah hidup makmur.  Senada dengan Coach Annie, Indah pun juga bersuara sama.  “Selain seru dan punya banyak temen, aku juga udah ngajar tiga team dari beberapa SMA, dan itu nambah pemasukan pribadiku,” kata Indah.
The A team company juga punya industri bisnis yang terbilang baru di indonesia. The A Team company membuat marchandise, manajemen cheerleading workshop dan exibition seperti saat tim dari luar negeri datang ke Indonesia. Mereka juga menjual kostum.
Kini banyak team cheers dari Singapura, Skotlandia, dan Malaysia memesan kostum dari Coach Annie.
Meski cheerleading memang belum jadi cabang olahraga, pemerintah harusnya memperhatikan karena tak jarang tim-tim di Indonesia mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Dream All stars The A Team  yang akan berlaga di Malaysia pertengahan tahun ini, misalnya. Go, go Cheerleader!  (M-2)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

hei.. salam kenal kakak
liat juga blog aku http://cheersindonesia.blogspot.com/
sharing bareng dan jadi admin yukk.
biar bisa saling tuker ilmu

terimakasih
cheer for life
\(^_^)/

Posting Komentar

Pengikut